Minggu, 07 Agustus 2016 | 19:40 WIB
Kemenpar intens merancang beragam strategi untuk menggapai target menggaet 20 juta kunjungan wisman di 2019.
INFO TRAVEL - Untuk mendapatkan hasil terbaik, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengerahkan akademisi kampus-kampus pariwisata yang berada di bawah koordinasinya, dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP), Akademi Pariwsata (Akpar), sampai Politeknik Negeri Pariwisata (Poltekpar).
Para pengelola kampus yang mencetak tenaga-tenaga terampil kepariwisataan itu dikumpulkan dalam Rakornas Pendidikan Tinggi Pariwisata Se-Indonesia di Golden Tulip Bay View Hotel & Convention, Jl Raya Uluwatu, Ungasan, Bali, 3-5 Agustus 2016. Dengan tema Peran Aktif Perguruan Tinggi Pariwisata dalam Pencapaian Target 20 Juta Kunjungan Wisman Tahun 2019.
"Total peserta Rakornas ada 406 orang. Terdiri dari 114 perwakilan Perguruan Tinggi, 100 dosen STP, 14 pejabat pusat, 14 nara sumber, 8 tim perumus dan moderator, sisanya media, mahasiswa, dan peserta umum," tutur Prof. Dr. Ahman Sya, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kemenpar.
Adapun tujuan Rakornas ini menurut Ahman Sya adalah evaluasi terhadap implementasi kesepakatan bersama pada Rakor 2015 lalu. Kemudian membangun komitmen bersama dan pemahaman yang utuh mengenai sektor pariwisata, prioritas pilar pembangunan nasional, pendorong percepatan pembangunan daerah, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dan juga menggagas prakarsa dan langkah terobosan yang sinergis dan terpadu dalam mewujudkan pencapaian target pembangunan kepariwisataan 2019.
Kemenpar memang sedang intens merancang beragam strategi untuk menggapai target menggaet 20 juta kunjungan wisman di 2019. "Sekarang semua perguruan tinggi di bawah Kemenpar sudah dibagi tugas. Misalnya Akpar Medan membantu menangani pengembangan Destinasi Danau Toba. Begitu pun daerah lain, dicari yang terdekat baik secara jarak maupun psikologis," tutur Ahman Sya.
Meski begitu, rancangan strateginya tidak sama. Porsi tanggungjawabnya berbeda sesuai kualitas dan kuantitas SDM yang dimiliki. Hasilnya, perguruan tinggi pariwisata berstatus sekolah tinggi, diarahkan menangani destinasi prioritas yang lebih banyak ketimbang akademi dan poltekpar.
"Contohnya STP Bandung. Di sana akan menangani empat 'Bali Baru' yakni Tanjung Kelayang di Belitung, Tanjung Lesung-Banten, Kota Tua dan Kepuluan Seribu-Jakarta serta Borobudur di Jogja-Solo-Semarang," urainya.
STP Nusa Dua Bali juga sama. Dari paparan Ahman Sya, sekolah pariwisata di Pulau Dewata itu sudah ditugaskan menangani tiga Bali Baru. Tanggungjawabnya meliputi Bromo Tengger-Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Lombok Nusa Tenggara Barat dan Labuan Bajo-Pulau Komodo di Flores, Nusa Tenggara Timur. "Kalau Poltekpar Makassar menangani 'Bali Baru' Wakatobi di Sulaweri Tenggara dan Morotai di Maluku Utara," tambah Ahman Sya.
Tidak semua bisa tercover sekolah tinggi pariwisata di bawah binaan Kemenpar . Untuk destinasi-destinasi lain yang belum tercover, perguruan tinggi lain di luar Kemenpar yang memiliki jurusan ataupun program studi Pariwisata juga akan dilibatkan.
Menurut Ahman Sya, sertifikasi lulusan Perguruan Tinggi Pariwisata sudah dilakukan di 10 Perguruan Tinggi. Sedangan yang lain akan dilaksanakan pada 2017, setelah LSP pihak pertama didirikan di Perguruan Tinggi tersebut. "LSP pihak pertama sudah didirikan di 5 PT, yakni STP Bandung, Akpar Medan, Unisbank Semarang, STP Sahid, dan STPBI," jelas Ahman.(*)
Let's block ads! (Why?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar