Rabu, 31 Agustus 2016

Tempo.co RSS Feed: Harmoni Nada Seribu Angklung Bergema di Osaka

Tempo.co RSS Feed
Situs Berita Tempo menyajikan liputan berita, video, gambar dan informasi online indonesia seputar bisnis, politik, pemilu, hukum, kriminal, korupsi, saham, ekonomi, internasional, selebritas, sepak bola liga inggris, liga champion, liga itali, liga spanyol, otomotif, pemilihan presiden 
Harmoni Nada Seribu Angklung Bergema di Osaka
Aug 31st 2016, 05:30

Rabu, 31 Agustus 2016 | 12:30 WIB

Harmoni Nada Seribu Angklung Bergema di Osaka

Atraksi 1.oo0 alat musik angklung diyakini jadi pemikat wisatawan asal Osaka, Jepang datang ke Indonesia.

INFO TRAVEL - Di antara pasar pariwisata Asia Pasifik seperti China, Hongkong, Taiwan, Macau, dan Korea, negara Jepang memang paling alot. Tidak mudah mengerek jumlah kunjungan wisatawan dari Negeri Sakura ini, meskipun sudah masuk dalam list top 5 pasar utama oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Hal itu dapat dimaklumi, mengingat Jepang sebagai target utama yang memiliki potensi pasar cukup besar bagi industri pariwisata nasional. Apalagi  seiring dengan kedekatan kultur, letak geografis, dan tentu secara ekonomi, Jepang adalah salah satu negara maju di dunia.

"Jepang adalah pasar utama, dengan capaian 2014 sekitar 500.000 wisman, dan proyeksi 2015 naik menjadi 525.000 wisman. Karenanya, untuk tahun ini kami pastikan akan naik lagi," kata Menpar Arief Yahya saat membuka pagelaran Indonesia Week Osaka 2016 di Umeda Sky Building, Osaka, Jepang, 25 Agustus 2016.

Caranya, kata Arif Yahya, melakukan atraksi seni budaya yang secara tradisi memiliki kemiripan. Antara lain, dengan menggelar pertunjukan musik menggunakan alat kesenian bambu, yaitu angklung. Diketahui, menggunakan bahan bambu pembuatan tirai, sumpit bahkan bangunan rumah bukanlah sesuatu yang asing dalam tradisi bangsa Jepang. "Karena itu Pesona 1000 angklung Indonesia Pusaka menjadi relevan untuk mengetuk hati, mengajak masyarakat Jepang berwisata ke Indonesia," ujar Arief Yahya.

Menurut Arif Yahya, filosofi bambu dalam kehidupan masyarakat Jepang juga beberapa negara Asia seperti China, Korea, dan India cukup mendalam. Bambu bermakna kuat, tegar, tangguh, namun lentur. Mereka beranggapan, pondasi hidup manusia itu harus kuat, luwes, dan tangguh dalam menghadapi segala rintangan layaknya bambu yang tak mudah tumbang diterjang angin kencang.

"Karenanya, saya berharap keindahan nada, irama dan gita dari harmoni 1000 angklung Wonderful Indonesia dapat menggugah warga Jepang untuk berkunjung ke Indonesia," ucap  pria asli Banyuwangi ini.

Masyarakat Indonesia dan Jepang, kata dia, juga memiliki kedekatan emosional dan sejarah yang sangat panjang. Hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang dimulai dengan diplomasi budaya. Jepang memperkenalkan diplomasi hati ke hati kepada Indonesia melalui bidang ekonomi, politik dan budaya. "Gelaran 'Jak Jepang Matsuri' setiap tahun adalah bentuk kolaborasi dan persaudaraan antara Indonesia dan Jepang," katanya.

Pada Indonesia Week Osaka 2016 di Umeda Sky Building, Osaka, Kementerian Pariwisata RI menargetkan peningkatan wisatawan Jepang mencapai satu juta orang hingga 2019. Arif optimistis angka itu akan tercapai dengan mudah.

Pesona Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke akan jadi magnet tersendiri bagi setiap orang yang berkunjung ke tanah air. "Kekayaan serta keindahan alam yang dibalut keberagaman budaya dan adat tradisional yang tak ternilai itu sayang bila disia-siakan begitu saja. Untuk itu, nikmatilah dengan datang langsung ke Indonesia," kata Arief. (*)

Let's block ads! (Why?)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our polices, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar