Minggu, 21 Agustus 2016 | 19:12 WIB
Nasi goreng mbako srinthil, khas Temanggung. 30 Juli 2016/Pito Agusti Rudiana
TEMPO.CO, Temanggung - Aroma khas daun tembakau menyeruak di perbatasan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kebun-kebunnya mengepung jalanan. Di sana, tembakau bahkan dijadikan penyedap untuk memasak nasi goreng.
Menu unik itu belakangan tersohor di kalangan pecinta kuliner tradisional. Namun tak banyak penduduk setempat yang mengetahui menu baru itu. Bahkan juru parkir di alun-alun Temanggung bersikeras warung nasi goreng itu tak pernah ada. "Enggak ada itu. Temanggung khasnya bakso uleg," katanya saat ditanya menu unik itu, akhir Juli lalu.
Warung itu dikabarkan berada di dekat alun-alun Temanggung. Karena tak populer, mencarinya pun sulit. Ternyata warung itu menyempil di sisi barat alun-alun.
Keberadaannya tenggelam oleh papan-papan toko oleh-oleh khas Temanggung yang menyesaki jalan di sekitar alun-alun. Hanya tulisan nasi goreng mbako di dinding sebagai penanda warung itu.
Warung itu diberi nama Tebers, kependekan dari Temanggung Bersenyum. Interiornya bernuansa klasik. Cat berwarna kuning sengaja dibuat mengelupas sehingga menonjolkan bata merah agar menonjolkan kesan tempo doeloe. Deretan foto bupati lawas, bersanding dengan kuali-kuali tanah liat menghiasi dinding.
Meja dan kursi dibuat tak seragam. Ada yang dari kayu, ada yang dari bambu. Meja untuk lesehan bahkan terbuat dari bekas daun pintu. Warna kayunya kusam, tampak tua. Suasana warung memang pas jika ingin mendapatkan sensasi zaman baheula.
Di lembar menu tercantum dua jenis nasi goreng yang menjadi andalan. Nasi goreng mbako dan nasi goreng mbako srinthil. Oh ya, tembakau adalah tanaman khas Temanggung, terutama tembakau srinthil yang ikonik itu. Itu sebabnya harga nasi goreng mbako srinthil lebih mahal, yaitu Rp 19 ribu. Sementara harga nasi goreng mbako biasa hanya Rp 14 ribu.
Nasi goreng mbako disajikan di atas piring dari anyaman bambu yang diberi alas daun pisang. Menurut petugas kasir, Anang, warna nasi goreng yang cokelat kemerahan adalah hasil campuran biji tembakau yang ditumbuk halus. Rasanya sedap, gurih.
Nasi goreng mbako ditaburi rajangan daun tembakau yang masih hijau, bawang goreng, juga suwiran ayam. Irisan mentimun dan tomat menjadi pemanis di tepian daun pisang.
Sedangkan nasi goreng mbako srinthil hanya diberi garnis bawang merah dan potongan cabe hijau, plus potongan daging kambing. Selain irisan mentimun, tomat, ada juga emping melinjo. Mengingatkan pada sajian nasi goreng Aceh yang khas dengan emping melinjonya. "Daun tembakaunya bisa sekedar hiasan saja," kata Anang.
Rasanya tentu berbeda dengan nasi goreng lain. Rajangan daun tembakau menjadikannya lebih istimewa. Rasa pahitnya sempat mencubit pangkal lidah. Tapi tetap saja nikmat, meski bukan seorang perokok yang sudah terbiasa menghirup aroma tembakau.
Sebagai penutup menu utama, ada jus Tebers. Isinya berupa campuran sawi hijau dan nenas yang diblender. Rasa nenas yang asem menjadi penghalau rasa sawi. Lumayan.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Let's block ads! (Why?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar