Senin, 08 Agustus 2016

Tempo.co RSS Feed: Alumni ITB Populerkan Geo Culture Trek

Tempo.co RSS Feed
Situs Berita Tempo menyajikan liputan berita, video, gambar dan informasi online indonesia seputar bisnis, politik, pemilu, hukum, kriminal, korupsi, saham, ekonomi, internasional, selebritas, sepak bola liga inggris, liga champion, liga itali, liga spanyol, otomotif, pemilihan presiden 
Alumni ITB Populerkan Geo Culture Trek
Aug 8th 2016, 07:08

Senin, 08 Agustus 2016 | 14:08 WIB

Alumni ITB Populerkan Geo Culture Trek

Sebanyak 380 Alumni ITB Bandung angkatan 81 menjajal sekaligus memperkenalkan jalur trek baru yang cukup sensasional.

INFO TRAVEL - Sebanyak 380 Alumni ITB Bandung angkatan 81, Sabtu 6 Agustus 2016, menjajal sekaligus memperkenalkan jalur trek baru yang cukup sensasional. Namanya, Geo Culture Trek, yang berjarak 2,7 kilometer di Gunung Batu, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Bandung. "Ini adalah salah satu dari komitmen kami berbuat sesuatu untuk pariwisata," kata Arlan Septia,  Ketua Alumni ITB 81 di Lawangwangi CafĂ©, Lembang.

Arlan menyebut, lokasi trekking ini cukup menantang, medannya naik turun menyusuri perbukitan. Ini bisa menjadi destinasi wisata petualangan keluarga yang seru. Udara paginya sejuk dan khas Bandung. "Setelah trekking, acara dilanjut dengan aktivitas seni budaya, pameran, dan mendongeng buat anak-anak. Kini saatnya kami memperbanyak amal, menimbun pahala, membantu pariwisata," kata Arlan Septia.

Rute yang dilalui dari Gunung Batu menuju Desa Seni Cilanguk, dilanjutkan ke Vilatel Salse dan Warung Salse di Jalan Dago Giri, Desa Mekarwangi, dan berakhir di Lawangwangi. Tak ada yang mengeluh. Semuanya happy di tengah kesejukan udara di kawasan perbukitan itu. Jalur trekking ini akan menjadi tempat olahraga petualangan yang keren dan menyehatkan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang juga Alumni Teknik Elektro ITB 80 menyambut positif gerakan para adik kelasnya itu. Dia bercerita soal rumus ECE dalam Sustainable Tourism Development (STD), yang pas untuk menggambarkan Geoculture Trek yang mereka gagas dan populerkan itu. "Dalam STD itu ada tiga hal penting. Saya biasa menyingkat ECE, Environment, Community, Economic Value. Kalau Environment tentu sudah banyak ahlinya di sini, makanya membuat istilah GeoCulture Trek itu. Saya tidak perlu bicara lagi," tutur Arief Yahya.

Begitu juga Community, yang menurut Arief Yahya sudah dilakukan dengan pameran dan seni budaya di Lawangwangi itu. Tinggal Economic Value yang masih belum berkembang dengan baik. "Yale dan Harvard University di Amerika Serikat itu, alumninya mengumpulkan dana abadi atau Professional Endowment  Fund dari para alumninya. Sekarang sudah USD 40 miliar, atau dua kalinya value PT Telkom dengan 30.000 tenaga kerja yang pernah saya pimpin itu," katanya.

Membantu pariwisata? Kata Arief Yahya, itu sudah sangat tepat! Karena pariwisata itu adalah penghasil PDB, devisa dan tenaga kerja paling murah dan paling mudah. Kalau ingin mendedikasikan untuk membangun ekonomi negeri, pariwisatalah tempatnya. "Saya orang bisnis, melihat harus dengan angka, harus dengan global standart, dan harus di-benchmark dengan pesaing dari negara lain," jelas Arief Yahya.

"Saya biasa menggunakan 3S, Size, Sustainable, Spread, untuk menentukan portofolio industri itu menarik dikembangkan atau tidak, masuk dalam kategori sun set industri atau sun rise industry. Untuk Size, ini bicara soal PDB atau Produc Domestic Bruto. Tahun ini PDB pariwisata Indonesia dalam kategori jumlah, terbesar di ASEAN, sebesar USD 82 biliun. Jarang-jarang kita bagus di kategori yang bagus," katanya

Dari sisi investasi, pariwisata juga paling memberi dampak lanjutan yang paling besar. Investasi USD 1 juta di pariwisata, impact pada PDB-nya USD 1,7 juta, atau naik 170 persen. Ini bedanya dengan industri lain, seperti otomotive. Ketika  investasi di manufactur seperti otomotif, impact PDB-nya hanya 0,7. "Rumus PDB itu Consumption plus Investment plus Government Spending plus Export minus Import. Pariwisata termasuk kategori eksport, tetapi yang bayarkan atau diterima di tanah air," kata Arief.

Jadi kelak kalau pariwisata hebat dan sudah berhasil mengambil alih penyumbang devisa terbesar di Indonesia, Arief Yahya mengusulkan kategori industri juga perlu diubah. Bukan lagi antara migas dan non migas, tetapi antara pariwisata dan non pariwisata. (*)

Let's block ads! (Why?)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our polices, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar