Selasa, 06 September 2016 | 12:48 WIB
Promosi pariwisata di jantung wisata Malaysia efektif mencuri perhatian wisatawan mancanegara.
INFO TRAVEL - Promosi Wonderful Indonesia pada Indonesia Street Festival di Bukit Bintang, Kuala Lumpur, Malaysia, mampu mencuri perhatian wisatawan mancanegara (wisman) asal negara-negara Timur Tengah.
Bukit Bintang merupakan jantung destinasi Malaysia yang banyak dipenuhi orang Timur Tengah. Di sepanjang jalan, lorong, kafe, restoran, tempat minum, dan clubbing, berseliweran orang-orang Arab. Pasangan muda-mudi, keluarga dengan anak-anaknya, menikmati suasana gemerlapnya Kuala Lumpur. "Dari sinilah kami mencuri perhatian dengan promosi Wonderful Indonesia," ujar Menteri Pariwisata RI Arief Yahya.
Di lokasi tersebut ranjau-ranjau branding Wonderful Indonesia ditanam di tujuh penjuru mata angin, yang hampir pasti tidak pernah diduga siapa pun. Konsep Explore Exotic Indonesia Street Festival di Bukit Bintang, Kuala Lumpur, benar-benar beda, unik, dan belum pernah dilakukan di mana pun. "Areanya satu kawasan, semacam SCBD. Titik aktivitasnya tujuh spot, dan masing-masing punya karakter yang khas Indonesia," ujar Arief.
Menurut dia, hasil yang luar biasa memang tidak bisa ditempuh dengan cara-cara biasa. Filosofi inilah yang menjadi awal konsep Street Festival. Kalau Anda berada di Loh 10, Starhill Gallery Terrace, Fahrenheit Shopping Center, Sephora Walkway, atau Isetan, Anda akan menemukan sensasi Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap Wonderful Indonesia.
Kelihatan sekali, festival ini didesain dengan sangat serius. Dipikirkan detail sampai ke dampak psikologis melalui sentuhan taste Wonderful Indonesia. Ini baru kali pertama tim Kementerian Pariwisata melakukan promosi destinasi pariwisata dengan cara sangat halus dan tidak terasa menyentuh perhatian publik di sana.
Arief mengatakan tiga alasan digelarnya promosi di Bukit Bintang. Pertama, lokasi ini adalah tempat favorit wisman Timur Tengah di Malaysia. Timur Tengah mempunyai spending lebih besar, mencapai US$ 1.500 hingga US$ 1.750 per kunjungan. "Jumlah kunjungan orang Arab ke Malaysia juga lebih besar dibanding ke Indonesia. Kita menjaring di kolam ikan di Bukit Bintang," ujarnya.
Kedua, lokasi itu juga menjadi favorit wisman non-Arab, seperti Cina dan Eropa, terutama di sekitar Jalan Alor. Ada street food, pusat jajan di pinggir jalan yang bersih dan tidak ada bau sampah. Juga puluhan spa refleksi sepanjang jalan yang tidak dibuat remang-remang, kaca bening, dengan penataan yang rapi. "Selain promosi, kami mempelajari apa yang membuat wisman betah di Kuala Lumpur," kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.
Ketiga, Malaysia adalah market utama originasi nomor dua terbesar ke Indonesia setelah Singapura. Ada kedekatan budaya, sesama orang Melayu, dan posisi geografisnya cukup dekat, tidak harus melalui udara. Soal budaya, Indonesia jauh lebih kaya dan beragam. Karena itu, Indonesia dan Malaysia acap kali bersinggungan perihal klaim batik, keris, angklung, reog, juga lagu Rasa Sayange dan Terang Bulan.
"Kita tidak perlu pusing untuk meng-counter. Kita cukup menghibur mereka dengan menampilkan aslinya, menunjukkan originalnya di hadapan mereka. Biarkan publik senang dengan keaslian itu dan tertarik datang ke Indonesia," ucap Arief. (*)
Let's block ads! (Why?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar