Jum'at, 09 September 2016 | 13:06 WIB
Bandara adalah wajah Indonesia. Banyak informasi keindahan wisata Nusantara bisa didapatkan melalui bandara.
INFO TRAVEL - Manajemen Angkasa Pura (AP) I berencana merias seluruh semua bandara dengan atribut yang kental sentuhan pariwisata nasional, mulai destinasi, event, hingga sarana pendukung. Ini disampaikan Direktur Utama AP I Sulistyo Wimbo S. Hardjito dalam presentasi program penataan bandara-bandara kelolaannya di Kemayoran, Jakarta Pusat, 7 September 2016.
Sontak Menteri Pariwisata RI Arief Yahya, yang turut hadir dalam acara itu, bereaksi spontan, mengacungkan jempol hingga tiga kali. "Keren! Presentasinya sangat marketing. AP I merias muka dengan menciptakan atmosfer yang kaya sentuhan destinasi," katanya memuji.
Menurut Arief, bandara adalah wajah Indonesia. Di sanalah wisatawan mancanegara (wisman) mendapat first impression. Saat mendarat di Tanah Air, mereka langsung tahu gambaran Negeri ini, terutama terkait destinasi-destinasi menarik yang bakal dikunjungi.
"Saya sangat concern dengan siapa saja yang menjadi customer pariwisata. Karena itu, saya mengapresiasi tinggi rencana penataan bandara oleh AP I, apalagi sarat dengan sentuhan Wonderful Indonesia," ucapnya.
Arief mencatat, dalam paparan AP I, ada program berkelanjutan yang dinamai Collaborative Destination Development (CDD) di hampir semua bandara. Program itu merupakan promosi Wonderful Indonesia di banyak lokasi, dan mempopulerkan bandara dengan mengeksplorasi destinasi wisata di kawasan tersebut. "Apa yang dilakukan AP I sudah benar. Tourism nomor satu, disusul dengan trade dan investment, yang disingkat TTI (tourism, trade, dan investment)," tuturnya.
Selain itu, Arief memuji semangat AP I yang menyiapkan booth di satu sudut bandara, Tourism Information Center (TIC), tempat menaruh brosur dan bertanya tentang pariwisata di kota itu.
Booth TIC telah tersedia di hampir semua bandara kelolaan API, seperti di I Gusti Ngurah Rai, Bali; Juanda, Surabaya; Sam Ratulangi dan Sultan Hasanuddin, Makassar. "Mereka juga menggelar pemilihan Putri Bandara, lalu dikarantina untuk memberi bekal ilmu tourism. Kemudian, ditugaskan untuk stay di TIC di Bandara. Ini luar biasa keren!" kata Arief lagi.
Bukan hanya itu, Arief kagum pada langkah manajemen AP I yang akan mengantisipasi lonjakan penumpang dengan membangun bandara dan terminal baru berkapasitas lebih besar, seperti di Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan Banjarmasin.
Namun dia berpesan supaya pembangunan dilaksanakan dengan perencanaan matang sehingga benar-benar efektif dan efisien seperti di Manado, yang akan menjadi HUB Indonesia Utara. "Kalau mau bangun, pastikan dulu peruntukan dan ketahanannya. Misalnya, bandara bisa tahan minimal 50 tahun ke depan. Jangan nanggung, nanti kerja dua kali," ujar Arief.
Selain itu, dia berpesan agar operasional bandara hingga 24 jam. Kemudian, dilakukan deregulasi terhadap segala peraturan yang tumpang tindih dan tidak populer agar target 20 juta wisman pada 2019 dapat dicapai. (*)
Manajemen Angkasa Pura (AP) I berencana merias seluruh semua bandara dengan atribut yang kental sentuhan pariwisata nasional, mulai destinasi, event, hingga sarana pendukung. Ini disampaikan Direktur Utama AP I Sulistyo Wimbo S. Hardjito dalam presentasi program penataan bandara-bandara kelolaannya di Kemayoran, Jakarta Pusat, 7 September 2016.
Sontak Menteri Pariwisata RI Arief Yahya, yang turut hadir dalam acara itu, bereaksi spontan, mengacungkan jempol hingga tiga kali. "Keren! Presentasinya sangat marketing. AP I merias muka dengan menciptakan atmosfer yang kaya sentuhan destinasi," katanya memuji.
Menurut Arief, bandara adalah wajah Indonesia. Di sanalah wisatawan mancanegara (wisman) mendapat first impression. Saat mendarat di Tanah Air, mereka langsung tahu gambaran Negeri ini, terutama terkait destinasi-destinasi menarik yang bakal dikunjungi.
"Saya sangat concern dengan siapa saja yang menjadi customer pariwisata. Karena itu, saya mengapresiasi tinggi rencana penataan bandara oleh AP I, apalagi sarat dengan sentuhan Wonderful Indonesia," ucapnya.
Arief mencatat, dalam paparan AP I, ada program berkelanjutan yang dinamai Collaborative Destination Development (CDD) di hampir semua bandara. Program itu merupakan promosi Wonderful Indonesia di banyak lokasi, dan mempopulerkan bandara dengan mengeksplorasi destinasi wisata di kawasan tersebut. "Apa yang dilakukan AP I sudah benar. Tourism nomor satu, disusul dengan trade dan investment, yang disingkat TTI (tourism, trade, dan investment)," tuturnya.
Selain itu, Arief memuji semangat AP I yang menyiapkan booth di satu sudut bandara,Tourism Information Center (TIC), tempat menaruh brosur dan bertanya tentang pariwisata di kota itu.
Booth TIC telah tersedia di hampir semua bandara kelolaan API, seperti di I Gusti Ngurah Rai, Bali; Juanda, Surabaya; Sam Ratulangi dan Sultan Hasanuddin, Makassar. "Mereka juga menggelar pemilihan Putri Bandara, lalu dikarantina untuk memberi bekal ilmu tourism. Kemudian, ditugaskan untuk stay di TIC di Bandara. Ini luar biasa keren!" kata Arief lagi.
Bukan hanya itu, Arief kagum pada langkah manajemen AP I yang akan mengantisipasi lonjakan penumpang dengan membangun bandara dan terminal baru berkapasitas lebih besar, seperti di Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan Banjarmasin.
Namun dia berpesan supaya pembangunan dilaksanakan dengan perencanaan matang sehingga benar-benar efektif dan efisien seperti di Manado, yang akan menjadi HUB Indonesia Utara. "Kalau mau bangun, pastikan dulu peruntukan dan ketahanannya. Misalnya, bandara bisa tahan minimal 50 tahun ke depan. Jangan nanggung, nanti kerja dua kali," ujar Arief.
Selain itu, dia berpesan agar operasional bandara hingga 24 jam. Kemudian, dilakukan deregulasi terhadap segala peraturan yang tumpang tindih dan tidak populer agar target 20 juta wisman pada 2019 dapat dicapai. (*)
Let's block ads! (Why?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar