Selasa, 13 September 2016

Tempo.co RSS Feed: Industri Masa Depan Itu Bernama Pariwisata

Tempo.co RSS Feed
Situs Berita Tempo menyajikan liputan berita, video, gambar dan informasi online indonesia seputar bisnis, politik, pemilu, hukum, kriminal, korupsi, saham, ekonomi, internasional, selebritas, sepak bola liga inggris, liga champion, liga itali, liga spanyol, otomotif, pemilihan presiden 
Industri Masa Depan Itu Bernama Pariwisata
Sep 13th 2016, 05:40

Selasa, 13 September 2016 | 12:40 WIB

Industri Masa Depan Itu Bernama Pariwisata

Industri pariwisata yang didukung industri kreatif bernilai komersial akan menjadi primadona pendapatan devisa negara.

INFO TRAVEL - Bisnis inti atau core business dari negeri yang memiliki kekayaan alam dan budaya seperti Indonesia adalah pariwisata. Pasalnya, industri ini terbukti bisa memenangkan persaingan di kancah global dan dapat diandalkan di masa depan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menyebut saat ini merupakan era creative industry atau creative economy. "Bahasa gaulnya, ekonomi kreatif," katanya. Adapun pariwisata masuk kategori industri kreatif.

"Ke depan, industri pariwisata yang didukung industri kreatif yang sudah memiliki commercial value akan menjadi primadona," ucap pria asli Banyuwangi ini.

Menurut dia, perolehan devisa Indonesia menurut lapangan usaha, jenis komoditas batu bara, serta minyak dan gas bumi cenderung turun drastis. "Hanya pariwisata yang naik, dari US$ 10 juta di 2013, lalu naik US$ 11 juta di 2014, dan naik lagi US$ 12,6 juta di 2015. Ini karena pariwisata merupakan industri berkelanjutan," ujar Arief.

Pariwisata menjadi penyumbang produk domestik bruto (PDB), devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Terkait PDB, pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen dengan tren naik sampai 6,9 persen. "Devisa pariwisata US$ 1 juta, menghasilkan PDB US$ 1,7 juta atau 170 persen, tertinggi dibanding industri lain," katanya.

Adapun terkait devisa, menurut Arief, pariwisata berada di nomor 4 penyumbang devisa nasional, yakni sebesar 9,3 persen. Pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata menjadi yang tertinggi, yaitu 13 persen, dibandingkan dengan industri minyak gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit yang pertumbuhannya negatif.

"Biaya marketing yang diperlukan hanya 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan," kata Arief.

Sementara itu, terkait ketenagakerjaan, pariwisata menyumbangkan 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4 persen secara nasional, dan menempati urutan ke-4 dari semua sektor industri. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam waktu 5 tahun.

Pariwisata merupakan pencipta lapangan kerja termurah, yaitu US$ 5.000 per satu pekerjaan, dibanding rata-rata industri lain sebesar US$ 100 ribu per satu pekerjaan.

Pada 2015, dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia, dua negara terdekat, pertumbuhan turisme Indonesia naik lebih besar. Malaysia turun 15,7 persen, sedangkan Singapura naik 0,9 persen. Sedangkan Indonesia mengalami 10,3 persen kenaikan, dengan 10,4 juta wisatawan mancanegara.

"Itu menunjukkan performance kita tidak terlalu buruk, growth dan suasana industrinya sangat bergairah, sangat agresif, dan terus bertumbuh," ucap Arief. (*)

Let's block ads! (Why?)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our polices, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar